So....
Saya masih penasaran kenapa penampilan fisik sangat penting untuk kaum wanita. Tapi kalau saya boleh berpendapat sesuai dengan pengalaman saya sendiri, wanita itu memang kebanyakan dinilai lewat cover duluan dibanding 'isi'-nya. Bagi sebagian wanita yang membaca post ini pasti pernah merasakan judge orang lain tentang penampilannya. Pakai celana robek-robek dibilang "lu cewe mau jadi preman?". Pakai baju-baju kaya cowok dibilang boyish, menyalahi kodratlah. Menutupi aurat sepenuhnya dibilang teroris. Kulit lebih gelap dibilang dekil gak merawat diri. Pakai lipstick merah dibilang kecentilan.
Setiap orang punya cara lain untuk mengkritik orang lain. Tambah lagi, kaum wanita adalah sasaran empuk buat dikritik. Wanita itu bisa dikaitkan dalam konsep apa aja, dari ketimuran, kapitalisme, sampai agama. Padahal wanita juga ingin dipandang sebagai satu individu yang memiliki potensi yang sama.
Sedikit pengalaman pribadi sih, saya termasuk orang yang merasakan bagaimana orang-orang menilai saya. Selama 21 tahun saya hidup di muka bumi ini, yang namanya judge orang selalu datang bergantian. Dengan penampilan saya yang agak nerd, saya sering dibilang susah bergaul sama orang, and my parents also think so. Ketika saya SMP sampai SMA, saya mencoba melepas imej nerd dengan masuk ke dunia weaboo bernama cosplay, dan saat itu orang-orang menganggap saya maniak Jepang sampai ke darah daging. Bahkan ketika hari hujan dan saya pakai jaket, temen saya yang laki-laki nyeletuk, "Di Jepang lagi musim salju ya, Din?". Perlahan saya coba melepas imej jepang-jepangan yang melekat dari diri saya. Because honestly, perkataan-perkataan itu gak enak banget buat saya. Bikin risih. Yaa walaupun itu bukan berarti meninggalkan sama sekali sih... :p
I'm back to the old me. Cewek nerd yang rajin belajar. Seperti sebelumnya judge kembali datang. Karena bagi sebagian orang penampilan saya ga menarik, mereka memandang saya sebelah mata. Saya punya kemampuan public speaking yang lumayan (seenggaknya gak malu-maluin), tapi untuk acara-acara saya gak pernah terpilih sebagai pembawa acara. Kalaupun iya, saya adalah pilihan terakhir. Siapa yang dipilih? Tentu saja mereka dengan penampilan yang dideskripsikan iklan-iklan produk kecantikan.
Mungkin cukup segitu curhat kelam(?) selama saya mencoba mengatasi penilaian semena-mena orang lain. One thing I learned, we cannot always listen to their opinions. Serius, ga bakal ada habisnya. Mereka bilang kita kurang di sini, kita perbaiki di sini, setelah itu mereka bilang kita kurang di sana. Gitu terus sampai kupetik bintang cahayanya terang (lagu keleus...). Meski ga bisa cepat, kita harus mampu berhenti mendengarkan kritik mereka yang selalu menjatuhkan kita, baik sebagai wanita, atau sebagai individu. Mulailah untuk fokus pada potensi yang kita miliki. Girls, we are great with our own way!
Saya senang bicara dan menulis. Tadinya saya terfokus pada perkataan orang lain yang bilang saya gak menarik, dan saya jadi pesimis pada dua hal itu. Tapi saya coba untuk keluar dari mindset yang jelek itu dan mencoba untuk menekuni apa yang saya sukai. Saya akhirnya terjun ke dunia persma. Beberapa kali saya ikut teman main ke studio radio dan selalu diajakin gabung karena katanya saya punya potensi. Sayangnya, orangtua tidak mengijinkan, katanya sih ntar mengganggu kuliah. Tapi setidaknya saya bisa mendobrak judge yang mereka tanamkan di diri saya. I can do things you said I can't.
Yuk cewek-cewek, kita semua move up. ga usah dengerin mereka yang ga sadar sama kekurangan mereka sendiri dan malah habis-habisan mengkritik orang lain. Di luar sana banyak wanita cerdas dan jadilah salah satu di antaranya!
dinathis. xoxo
0 komentar